Our Parenting Experince
Parenting yang secara sederhana diartikan sebagai proses pengasuhan anak-anak oleh orangtuanya, sama sekali belum pernah secara apik saya pelajari. Semoga, sebagaimana falsafah pembelajaran yang menyatakan bahwa “Learning by doing is the best way”, pembelajaran saya bersama suami tentang bagaimana a good parenting should be berjalan seiring pengasuhan kami kepada anak (anak) kami.
Sejak kelahiran anak saya yang pertama bahkan sejak sebelum ia lahir, saya syukurnya rajin untuk cari-cari info tentang banyak hal mengenai parenting. Tidak cukup rajin memang, tapi setidaknya saat spare time saya akan meluangkan waktu untuk baca. Di awal pernikahan, saat saya pulang ke Lampung dan untuk sementara pisah sama suami (we’re in long distance marriage until now, I do hope it will end soon), waktu itu saya sudah dinyatakan hamil 1 bulan. Saya sempat ga percaya Allah kasih kepercayaan begitu cepatnya “Really?!”, “Is it real?!”, anyhow; bersyukur dan bahagia-tentu saja-. Namun saya juga sempat self-talking berlama-lama: “Am I trully ready doing this new role as a mother-tobe?!”. Saya aware banget waktu itu, saya ga zero-knowledge banget untuk jadi seorang ibu, tapi ada banyak hal juga yang belum saya tahu dan fahami untuk mencapai cita-cita menjadi seorang ibu yang ngga hanya ibu phisically, farther, seorang ibu yang baik. I commit from the very beginning: I’m trying my best becoming a good mom.
Disana, dibangku sekolah tempat saya mengajar, saya selalu menyelipkan satu buku bacaan yang wajib saya baca selama waktu luang saya –anytime-. Koleksi buku dan majalah lama yang pernah saya koleksi saya bongkar dari lemari, hihiyyy, udah sedikit bulukan. Tak apalah, dengan sukarela di lap satu-satu. Masih ingat beberapa diantaranya: buku Indahnya Menikah, Agar Cinta Bersemi Indah, majalah Ummi, majalah Safina, majalah Tarbawi, buku-buku motivasi, Accelerated Learning, dll. Emang ga semuanya spesifik mengenai parenting, tapi saya sangat menikmati mengulas membacanya kembali. Pencerahan diri -I called it a soul charging- to boost my spirit, menjadi baik. Karena menjadi orangtua yang baik sudah barang tentu harus berangkat dari pribadi yang baik pula , bukan?
Mulailah unconciously saya membangun harapan dan cita tentang akan seperti apa parenting keluarga saya nanti…
Saya sangat terkesan dan adore banget dengan salah satu hadits Nabi Saw tentang ibu, yang menyatakan bahwa: “IBU ADALAH MADRASAH PERTAMA BAGI PUTERA PUTERINYA”. Inspiring and motivating banget buat saya. Dari ini, tekad saya terkuatkan bahwa seorang ibu benar-benar merupakan pondasi dalam sebuah rumah tangga. I wanna be mom just like the hadits said. Amin, insyaallah.
Hanuun, our eldest child was born and I directly started driving my role as a new mom. She completed my glee as human, brought me to the perfect life as woman. Bangga, bahagia dan bersyukur atas kelahirannya. But then, it didn’t end for such. Kalo sampe situ aja sih bukan life ya namanaya, heuheu. Pasca melahirkan saya jauh dari keluarga dan teman dekat, sedangkan keluarga suami yang baru saya kenal belum setahun ini juga ya belum sepenuhnya saya fahami family habit dan culture-nya. Soon after, I admitted suffering from baby blues syndrome. Days adjusted straightaway into hardness. Masalah dalam mengasuh bayi pun mulai saya dan suami rasakan. Saat itulah saya baru menyadari seutuhnya perasaan bagaimana menjadi orangtua yang sebenarnya serta dinamikanya. I was like flimsy at that time, would be easily broken. The heaviest one destroyed me bad off.
Though, life ought to go on. The baby Hanuun keeps waiting. We need to survive. Afterward, we, –the new parents- begun strengthening and supporting one another, picking hope and spirit from contiguous. We’d start over again from yet the very first. There at the moment HE WAS, Abi…is always my true and key supporter. None I need to stay close to be strong but him.
Maka kemudian bertiga –saya, suami dan bayi mungil kami- menapaki jejak perjalanan parenting keluarga kami. Semua kita jalani bersama. When trouble messed, we kept reading books and asking to others (families and friends) finding the best solution. Kita coba bener-bener cari reference yang tepat untuk setiap masalah pengasuhan Hanuun. Yap, there are lots of. Kita bisa dapet references yang banyak banget yang bisa jadi Parenting Guide kita, apalagi di zaman internet sekarang ini. It helps much. But still, kita mah masih sangat refer pada pengalaman pendahulu (keluarga dan teman), mempelajari apa dan bagaimana mereka mengasuh putera-puterinya. Mencoba open-minded dan ga segan untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya acuan, untuk kemudian decide what and how our own family parenting style will be…
To close, I catch this quote: “While we try to teach our children all about life, our children teach us what life is all about”. We (as parents) might not realize that our children are actually the real tutor for us. They teach us how to be parents.
0 comments:
Thanks for reading and lemme know what your thoughts toward:)